Judul: Gadis Jeruk

Judul asli: The Orange Girl

Penulis: Jostein Gaarder

Penerbit: PT Mizan Pustaka

Terbit: Juli 2011 (Edisi Gold)

Tebal: 252 halaman

Kematian tak membuat kenangan hilang.

Georg Roed, 15 tahun, mendapat surat dari ayahnya yang meninggal ketika ia masih kecil. Melalui surat tersebut ia mengetahui kisah cinta sang ayah dengan seorang gadis misterius.

Gadis jeruk. Gadis yang membawa-bawa sekantung besar jeruk. Dialah yang menarik hati ayah Georg, Jan Olav. Kisah cinta mereka bagaikan dongeng. Indah, namun memiliki aturan-aturan yang tak masuk akal.

Cerita mengenai Gadis Jeruk adalah pengantar untuk pertanyaan yang diajukan Jan Olav pada anaknya. Pertanyaan yang begitu penting, namun sering terlupakan oleh manusia.

Jostein Gaarder adalah penulis best-seller "Dunia Sophie". Dalam "Gadis Jeruk", ia kembali mengajak para pembaca terhanyut dalam filsafat yang disajikan dengan ringan.

Judul: Sebatang Pohon Tumbuh di Brooklyn

Judul asli: A Tree Grows in Brooklyn

Penulis: Betty Smith

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: Januari 2011

Tebal: 664 halaman

Pendidikan adalah kunci penting menuju kesuksesan. Sayang hal tersebut sering dilupakan oleh masyarakat miskin. Wajar saja, mereka lebih sibuk bekerja untuk bertahan hidup daripada bersekolah. Namun tidak demikian dengan keluarga Nolan.

Francie Nolan adalah anak perempuan yang dibesarkan di pemukiman miskin Brooklyn. Bersama adiknya, Neeley, Francie membantu menyokong perekonomian keluarga dengan menjual barang-barang rongsok. Mereka hidup dengan roti basi, daging nyaris busuk dan kopi hitam yang semakin hambar. Meski demikian keluarga tersebut bahagia.

Ibu Francie bertekad untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya agar mereka bisa lepas dari jerat kemiskinan. Sementara sang ayah tidak bermimpi muluk; pada akhirnya ia justru mati muda. Ketika penghasilan utama keluarga hilang, mampukah Francie dan Neeley tetap bersekolah?

Buku ini menyadarkan kita bahwa pendidikan sangat berharga. Dengan penggambaran abad 19 yang apik, Betty Smith menginspirasi kita untuk tumbuh seperti pohon: kuat dan memberi manfaat untuk dunia.

Judul: Perahu Kertas

Penulis: Dewi “Dee” Lestari

Penerbit: Bentang Pustaka

Tahun terbit: 2009

Tebal: xii + 444 halaman

Kekuatan mimpi memang tak terkalahkan. Ia mampu membuat cita-cita semustahil apa pun dapat diraih.

Kugy adalah perempuan yang energik. Ia mengisi kehidupan sehari-harinya dengan kebahagiaan, berbagi untuk sesama dan melakukan hobi sekaligus cita-citanya: menulis dongeng. Tapi akhirnya ia menyadari bahwa mimpi itu kurang realistis.

Keenan adalah lelaki yang lembut dan cerdas. Ia berkeinginan menjadi pelukis, namun ayahnya menghendaki ia meneruskan perusahaan keluarga. Ia pun menyadari bahwa mimpinya kurang realistis.

Namun Kugy dan Keenan tak pernah berhenti bermimpi. Persamaan tersebut merupakan salah satu penyebab yang membuat mereka bagaikan dua magnet berkutub berbeda... saling menarik. Walau dibutuhkan waktu teramat lama untuk bersatu.

Novel ini membuat kita teringat akan masa muda: liar, naif, adiktif. Pembaca seolah dinaikkan Dee ke perahu kertas lantas dialirkan ke sebuah sungai imajinasi yang tak berujung.

Judul: Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran

Judul asli: The Curious Incident of the Dog in the Night-time

Penulis: Mark Haddon

Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Tahun terbit: 2004

Tebal: viii + 312 halaman

Autisme sering disalahartikan sebagai kebodohan mutlak. Padahal tidak sedikit penderita autisme yang memiliki bakat melebihi orang normal.

Buku ini disajikan dalam bentuk jurnal yang ditulis oleh pemeran utama, Christopher Boone. Ia berusia 15 tahun dan menyandang Sindrom Asperger (sejenis autisme). Christopher pandai dalam hal-hal ilmiah namun kikuk berhubungan dengan orang lain, terutama karena ia tidak suka disentuh dan berbicara dengan orang asing. Hal tersebut membuatnya tak banyak menjamah dunia luar.

Suatu hari Christoper menemukan Wellington, anjing tetangganya, mati terbunuh. Ia pun berusaha mencari pelakunya. Dalam penyelidikan tersebut ia terpaksa keluar dari dunia kecilnya.

Ketika satu misteri terpecahkan, misteri lain pun terkuak. Penyelidikan mengenai Wellington mengantar Christopher pada fakta mengejutkan mengenai ibunya yang sudah meninggal dua tahun lalu.

Mark Haddon berhasil menampilkan cerita dari sudut pandang penderita autisme dengan begitu nyata. Novel ini ditulis dengan bahasa yang ringan dan sederhana, namun bermakna kuat. Tak heran jika novel ini dianugerahi berbagai penghargaan sastra, antara lain Whitbread Novel Award 2003 (hadiah sastra yang bergengsi di Inggris).

Novel ini mengubah paradigma masyarakat bahwa penderita autisme sebenarnya tidak berbeda dengan kita. Perasaan mereka tidak tumpul.